Pada akhir bulan Desember,
Ayahku pindah tugas ke Jakarta. Otomatis, keluargaku termasuk aku juga harus
ikut pindah ke Jakarta. Dengan berat hati aku meninggalkan sekolahku dan
mendaftar di salah satu SMP ternama di Jakarta. SMP Garuda namanya.
Baru sebulan aku pindah di SMP Garuda dan duduk di
bangku kelas 8, aku sudah menemui banyak masalah di sekolah baruku. Dan ini
masalah pertamaku :
Hari pertama aku masuk sekolah tepatnya tanggal 11
Januari, aku terdaftar sebagai anak kelas 8 C. Gak ada hal istimewa yang aku
temui di sekolahku yang baru. Semuanya hampir sama dengan sekolah lama ku di
Jogja.
Hari berikutnya, aku mulai beradaptasi dengan
anak-anak Jakarta di sekolahku. Aku mulai menjalin pertemanan dengan Dina. Dina
ternyata juga anak yang lahir di Jogja. Sejak hari itu, obrolanku dengan Dina
makin nyambung dan kami mulai bersahabat.
Hari ketiga tanggal 13 Januari. Hari ini aku jadi
pusat perhatian dan pusat perbincangan oleh kakak-kakak kelasku. Dan aku mulai
mendapat cibiran dari para kakak kelasku kelas 9. Tapi aku tidak menanggapinya.
Sebagai cewek yang agak tomboy aku memang cuek dengan masalah seperti ini. Tapi
ada juga kakak kelas yang baik padaku. Namanya Mbak Mona. Orangya cantik, ramah
pula.
Hari keempat. Nah, di hari yang keempat ini, mulai
beredar gosip-gosip tentang aku.
“Fir, kamu tau kakakku gak?” tanya Caca di depan
mejaku.
“Kakakmu? Ya mana aku tahu. Emang siapa, Ca?”
tanyaku cuek.
“Mas Didit, Fir. Ketua genk disekolah ini.” Jelas
Caca.
“Oh iya aku tau. Yang orangnya kayak Mike Tyson
itu kan?” ledekku.
“Hush.. gitu-gitu juga dia kakakku.” Caca berusaha
membela kakaknya.
“Eh iya. Maaf ya.. Emang ada apa sama kakakmu?”
tanyaku.
“Kemarin dia bilang sama aku kalau dia naksir sama
kamu.” Ujarnya sambil tersenyum.
“Hah? Naksir?” ucapku kaget. Mulai detik itu,
teman-teman sekelasku mengejekku dengan sebutan ‘Didit’. Huwaa.. sialnya aku.
Hari kelima. Yap! Tanggal 15 Januari. Hari ini ada
acara spesial di sekolahku. Hari ini adalah hari pencarian anggota OSIS baru.
Aku sangat suka dengan organisasi semacam ini. Aku pun ikut mendaftar sebagai
anggota OSIS yang baru. Kebetulan Mbak Mona adalah wakil ketua OSIS lama di
sekolahku. Jadi, aku semakin gampang buat ikut OSIS.
3 hari berlalu. Tanggal 18 Januari tepatnya. Aku mulai akrab dengan teman-teman
sekelasku. Dan aku juga mulai berteman baik dengan teman-temannya Mbak Mona.
Ada Mbak Ika, Mas Bayu, Mbak Maya dan banyak deh pokoknya. Tapi, ada pro ada
juga kontra. Mbak Lisa anak 9D kayaknya benci banget sama aku. Hm.. padahal aku
gak pernah berbuat salah sama dia.
Gak terasa aku sudah seminggu sekolah di SMP
Garuda. Dan aku mulai mendapat SMS misterius yang entah siapa pengirimnya. Aku pun
menanyakannya pada Della temanku. Della kan kenal siapa aja pikirku.
“Del, kamu tau nomer ini gak?” tanyaku sambil menunjuk ke layar HP ku.
“Emm.. kayaknya aku gak asing sama
nomer itu deh. Bentar ya tak cari di HP ku dulu.” Jawab Della. Tak berapa lama
kemudian, Della berlari ke arahku.
“Fir, itu nomernya Mas Reyhan, kakak kelas
kita.” Ujar Della.
“Hah? Kakak kelas? Gak salah kamu Del?” tanyaku gak percaya.
“Bener Fir. Liat aja nih nomernya
sama persis kan?
Emang ada apaan sih Fir?” jawab Della meyakinkanku.
“Eng..gak kok gak ada apa-apa.”
Jawabku sedikit terbata-bata. Della hanya mengerutkan kening kebingungan. Aku kemudian menuju ke tempat duduk teman akrabku. Dina.
“Din, sini deh! Baca inbox ku!”
perintahku pada Dina.
“Ini siapa Fir? Kok dia berani SMS
kamu kayak gini?” Dina heran.
“Itu Mas Reyhan Din. Aku bingung kok dia bisa tau nomerku ya?”
“Mas Reyhan? Dia suka sama kamu?”
teriak Dina kaget.
“Sssttt… diem Din, jangan
keras-keras nanti kalo ada yang denger gimana? Emang yang namanya Mas Reyhan yang mana sih?”
ucapku sambil mendekatkan jari telunjukku ke arah mulut Dina.
“Eh iya, Sorry sorry. Masak kamu
gak tau Mas Reyhan? Dia itu cowok terkeren di sekolah kita.” Ujar Dina.
“Ya jelas aku gak tau lah. Aku kan baru seminggu sekolah disini.”
“O..iya ya.. Nanti gampang
deh aku kasih tau di kantin. Biasanya dia nongkrong di kantin.” Janji Dina
padaku. Aku pun cuma mengiyakan saja.
Saat pelajaran sudah
dimulai, aku sama sekali gak bisa fokus sama materi yang dikasih oleh Bu Dwi
guru sejarahku. Semuanya cuma masuk lewat kuping kanan dan keluar lewat kuping
kiri. Ya! Itu semua gara-gara aku mikirin SMS dari Mas Reyhan.
Siang harinya pas istirahat,
Dina mengajakku ke kantin dengan tujuan ingin menunjukkan sosok Mas Reyhan yang
dibilangnya tadi.
“Fir, itu lho itu yang
namanya Mas Reyhan. Yang pake jaket warna abu-abu.” Bisik Dina padaku.
“Oh yang itu. Perasaan gak
keren-keren amat tuh.” Ledekku.
“Cowok secakep dia kamu
bilang gak keren?”
“Iya. Biasa aja tuh.”
“Dia itu keren banget Fir.
Percaya deh sama aku.” Kata Dina mencoba meyakinkanku.
“Iya deh. Manut aja aku.”
Tepat tanggal 19 Januari. Sepulang sekolah, aku
jajan di kantin sama Dina. Pas lagi asyik-asyiknya aku makan bakso sama Dina,
tiba-tiba ada seorang cowok menghampiri mejaku.
“Hai Fir?” sapanya padaku.
Mataku terbelalak melihat kedatangannya.
“Fir, itu Mas Reyhan.”
Bisik Dina di telingaku.
“Oh.. Ha..ii.. Emm.. Ada
apa ya?” omonganku jadi agak terbata-bata.
“Kamu anak baru yang
namanya Firda itu kan?” tanyanya padaku.
“Iya.” Jawabku singkat.
“Oh iya, aku boleh duduk di sini gak?”
“Bo..leh kok.” Kataku dan Dina. Mas Reyhan pun
duduk di depanku.
“Kemarin aku SMS kamu lho. Tapi kok gak dibales
sih?” tanyanya agak genit
“Oh itu ya. Maaf kemarin aku lagi sibuk jadi gak
aku bales.” Ucapku berbohong.
“Fir, aku pulang duluan ya. Aku udah dijemput
nih.” Pamit Dina padaku.
“Dina.. Tunggu aku..” teriakku. Tapi Dina sudah
terlanjur berlari meninggalkanku.
“Udahlah, kamu belum dijemput kan? Kamu nunggu
bareng aku aja.” Ucap Mas Reyhan.
“Aku gak di jemput kok. Aku pulang naik bis.”
Jawabku rada sinis.
“Ya udah, aku anter aja naik motor? Daripada naik
bis?” tawar Mas Reyhan. Aku bingung harus bagaimana. Karena terpaksa, kutrima
saja tawaran dari Mas Reyhan. Lumayanlah buat menghemat uang jajanku.
Saat
perjalanan pulang, aku teringat sesuatu.
Tadi semua anak di kantin liat kejadian pas Mas Reyhan ndeketin dan
nganter aku pulang. Aku yakin besok pasti bakal ada masalah besar yang
menimpaku. Waduh bagaimana ini? Kata Dina kan hampir semua cewek disekolahku
suka sama Mas Reyhan.
Gak salah lagi. Dugaanku benar. Esok harinya,
tanggal 20 Januari Mbak Lisa ngelabrak aku dengan sejuta makiannya.
“Oh jadi kamu yang namanya Firda?” tanyanya padaku
dengan muka galaknya.
“I..ya.. mbak. Ada apa ya?” aku merunduk takut
melihat muka Mbak Lisa yang udah kayak singa nemu mangsanya.
“Gak usah banyak omong ya Loe. Dasar cewek
ganjen!” ujarnya sambil mendorongku ke tembok dan menjambak-jambak rambutku
sampai berantakan.
Karena aku adik kelas, aku gak berani ngelawan
dia. Jadilah rambutku seperti ini. Berantakan banget. Aargh..!
Mendengar apa yang terjadi
padaku, Mas Reyhan mendatangiku di kelas.
“Dek, maaf ya gara-gara
aku kamu jadi dilabrak sama Lisa.” Ujarnya.
“Oh.. gakpapa kok mas.
Santai aja.” Jawabku rada gak niat.
“Please, maafin aku ya. Ya udah gini aja deh, sebagai permintaan
maafku ke kamu, gimana kalau nanti sore kita makan dan aku yang bayar. Gimana?
Mau gak?” ajak mas Reyhan.
“Maaf mas, hari ini aku pulang
jam 5.” Tolakku.
“Ya udah nanti malem aku
jemput kamu dirumah. Nanti sms aja alamat kamu dimana.”
“Ha? Maaf mas, aku gak
boleh keluar malem apalagi sama anak cowok. Maaf ya mas.” Tolakku untuk kedua
kalinya.
“Halah kamu ini alesan?
Aku gak mau tau pokoknya nanti malem kamu harus pergi sama aku. Udah ya dek
bentar lagi masuk. Aku pergi dulu.”
“Ee.. mas.. aku.. a..ku..”
belum sempet aku bilang dia malah udah pergi. Aduh, gimana ini? Masak sih Mas
Reyhan ngajak aku pergi?
Malam harinya, Mas Reyhan
beneran datang kerumahku.
“Firda? Firda?” teriak mas Reyhan didepan pintu
rumahku. Mama yang sedang duduk diruang tamu membukakan pintu untuk mas Reyhan.
“Ada perlu apa ya Nak?” tanya Mama pada mas
Reyhan.
“Begini tante, kenalkan nama saya Reyhan, saya
kakak kelasnya Firda. Firda nya ada? saya mau ngajak Firda makan di warung
makan deket sini. Boleh kan tante?” jelas mas Reyhan.
“Boleh boleh. Masuk dulu Nak. Fir? Firda? Ini ada
temenmu.” Kata Mama.
“Iya Ma, bentar. Firda lagi ganti baju.” Kataku.
Beberapa menit kemudian, akupun keluar dari kamar dan menemui mas Reyhan. Akhirnya,
kamipun berangkat mengendarai motor mas Reyhan. Kami pergi ke salah satu cafe
dikotaku.
Sejak pertemuan malam itu, hubunganku dengan mas
Reyhan jadi semakin dekat. Tiap malam dia selalu SMS aku. Bahkan tiap hari dia
selalu ngajak makan aku di kantin. Melihat kedekatanku dengan mas Reyhan, Mbak
Lisa kakak kelasku makin geram sama aku.
Hari ke sepuluh. Hari ini ada pelantikan OSIS baru
disekolahku. Dan aku juga ikut disana. Namaku yang udah dikenal sama
kakak-kakak kelasku sekarang makin dikenal lagi gara-gara aku masuk OSIS.
Setelah acara pelantikan selesai, aku mendapat
secarik surat di bangkuku. Di surat itu tertulis :
Aku tunggu
di tangga deket lapangan basket jam 15.05
Di surat itu tidak
tertulis siapa pengirimnya. Karena aku bukan cewek pengecut, aku pun datang di
tangga tepat pukul jam 15.05. Aku kira ini surat tantangan dari Mbak Lisa.
Ternyata dugaanku salah. Yang datang ternyata Mas Didit. Mas nya Caca.
“Emm.. apa kamu yang
ngirim surat ini ke aku?” tanyaku memastikan.
“Iya.” Jawabnya pendek.
“Oh.. Ada perlu apa ya
Mas?” tanyaku sopan.
“Kenalin aku Didit anak
kelas 9 F.”
“Aku udah kenal kok. Kamu
mas nya Caca kan?” tanyaku sambil ngemut permen karet.
“Iya. Hehe..” Jawabnya malu-malu.
“Iya. Hehe..” Jawabnya malu-malu.
“Langsung aja deh, kamu
ada perlu apa sama aku?”
“Begini Fir.. udah dari
hari pertama kamu masuk sekolah disini. Aku selalu mengamati kamu. Dan aku
naksir sama kamu.” Jelasnya lirih sambil mencoba meraih tanganku.
“Iya. Terus?”
“Ka..mu mau gak ja..di
pa..car ku?”
“Pacar? Enggak deh mas.”
Aku menolak Mas Didit mentah-mentah. Ya jelas lah, siapa juga cewek yang mau
sama dia? Bisanya cuma main kekerasan.
“Enak aja ya kamu nolak
aku kayak gini. Pokoknya awas kamu!” ancam Mas Didit padaku. Setelah menjawab
pertanyaan Mas Didit tadi, aku langsung berlari ke pager sekolah. Dan Bruuukk..
aku menabrak Mas Reyhan dan jatuh.
“Aduh.. Maaf mas. Aku tadi
lagi keburu-buru soalnya.”
“Halah, gakpapa kok Fir.
Kamu mau kemana kok lari-lari?”
“Ini aku baru mau pulang.”
“Mau tak anter lagi po?”
tawarnya padaku.
“Wah, enggak deh mas. Aku
gakmau ribut sama Mbak Lisa lagi. Dia kan pacarmu to?” tanyaku ragu.
“Pacar? Mana mungkin? Aku
tu masih jomblo Dek.” Jelasnya padaku.
“Oh. Ya bagus deh. Udah
dulu ya mas, takut kesorean. Bye..” pamitku.
Sejak awal perkenalanku dengan Mas Reyhan, aku menduga kalau Mas Reyhan
benar-benar suka sama aku walaupun dia belum ngomong langsung ke aku, tapi aku
yakin kalau Mas Reyhan pasti suka sama aku.
Tapi, keyakinanku berubah ketika aku melihat mas
Reyhan ngasih sekuntum bunga mawar buat Della. Temen sekelasku. Di deket pagar
sekolah. Harusnya aku biasa aja ngeliat mereka berdua. Tapi aku bingung kenapa
waktu aku liat mas Reyhan ngasih bunga ke Della, hatiku sakit banget. Kayak ada
sesuatu yang hilang dari hatiku. Apa mungkin aku jatuh cinta sama Mas Reyhan
gara-gara perhatiannya ke aku? Aaargh...
Aku terus memikirkan kejadian itu hingga larut
malam. Tiba-tiba jam di HP ku yang menunjukkan pukul 22.13 bergetar. Ada sms
masuk di HP ku. Sms dari Mas Reyhan. Begini isinya : Dek, maaf soal kejadian
tadi ya. Kamu gak cemburu liat kejadian tadi kan?
Deg! Kenapa mas Reyhan tanya gitu sama aku? Aku
bingung harus jawab apa. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mas Reyhan udah
nunggu aku di depan pintu kelasku.
“Dek, maaf.” Ucapnya.
“Minta maaf buat apa?” tanyaku pura-pura tidak
tahu.
“Soal kemarin. Kamu marah kan sama aku gara-gara
aku ngasih bunga ke Della? Itu cuma salah paham Fir. Aku bisa jelasin itu.”
Ujar Mas Reyhan sambil menarik tanganku.
“Gak ada yang mesti dijelasin. Semuanya udah cukup
jelas kok. Lepasin tanganku! Permisi aku mau lewat.” Kataku sinis. Mas Reyhan
langsung ngelepasin tanganku dari genggaman tangannya dan aku buru-buru masuk
ke dalam kelas berusaha menghindar dari mas Reyhan.
Saat jam istirahat, aku gak jajan ke kantin. Aku
lebih milih duduk diam di dalam kelas. Dan tiba-tiba Della datang menghampiri
tempat dudukku.
“Fir, aku minta maaf soal kemarin. Semuanya cuma
salah paham. Maafin aku ya?” katanya sambil menjulurkan telapak tangannya.
“Hm.. udah aku maafin kok.” Jawabku cemberut. Tapi
aku tetap menyalami tangannya.
“Bener Fir. Gini nih ceritanya : kemarin itu Mas
Reyhan dapet titipan bunga dari sahabatnya. Mas Tio. Tau kan? Nah, Mas Tio itu
suka sama aku. Dia mau ngasih aku bunga tapi dia gak berani. Jadinya Mas Reyhan
yang ngasih bunga itu ke aku. Gitu ceritanya. Maaf ya Fir?” jelas Della panjang
lebar.
“Oh gitu. Iya iya gakpapa kok.” Jawabku singkat. Della
pun pergi keluar dengan muka kusut. Aku bingung banget. Yang aku lakuin ini
bener apa salah. Aku gak berhak marah sama Della dan Mas Reyhan. Aku kan bukan
pacarnya mas Reyhan. Kita kan cuma temen. Harusnya aku gak menghindar dari mas
Reyhan dan harusnya aku gak marah gini sama Della. Aargh.. Bodohnya aku! Aku
langsung berlari mengejar Della.
“Del, del, del!” teriakku.
“Ada apa Fir?” jawabnya lesu.
“Maafin aku soal tadi ya Del. Aku udah
berprasangka buruk sama kamu. Maaf ya?”
“Udah aku maafin Fir.” Ujarnya sambil tersenyum
manis. Setelah itu, aku langsung menuju ke kantin. Tujuanku adalah menemui Mas
Reyhan. Biasanya Mas Reyhan ada disana. Aku harus minta maaf ke dia. Ternyata
mas Reyhan gak ada di kantin. Aku kembali ke kelas dengan perasaan kecewa.
Sampai sekolah selesai, aku belum melihat
tanda-tanda mas Reyhan. Saat aku berjalan menuju halaman sekolah, teriakan Dina
menghentikan langkahku.
“Firda? Firda..” teriak Dina dari kejauhan sambil
berlari ke arahku.
“Apa Din?” jawabku lesu.
“Anu Fir.. Anu..” jawabnya gak begitu jelas.
“Apaan sih?” tanyaku penasaran.
“Mas Reyhan, Fir.”
“Iya. Kenapa sama Mas Reyhan?” tanyaku makin
penasaran.
“Gak ada waktu buat njelasin. Mending sekarang
kamu ikut aku ke lapangan basket! Buruan Fir! Ini gawat!” Dina langsung menarik
tanganku menuju lapangan basket. Disana aku melihat Mas Reyhan tergeletak lemas
di tengah lapangan dengan beberapa luka di wajahnya. Aku langsung berlari ke
arahnya.
“Mas Reyhan?” panggilku. Tapi Ia tak sadarkan
diri. Aku dan Dina bergegas membawanya kerumah sakit menggunakan taksi. Saat
dalam perjalanan, Dina menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sama Mas
Reyhan.
“Fir, Mas Reyhan kayak gini gara-gara dikeroyok
sama Didit CS. Kakak kelas kita anak 9 E. Setahuku, Mas Didit ketua genk
disekolah ini naksir sama kamu. Dan dia cemburu lihat kamu sama Mas Reyhan.
Makanya dia ngelakuin ini.” Jelas Dina padaku. Aku hanya diam. Aku semakin
merasa bersalah sama Mas Reyhan.
Beberapa menit kemudian, kami sampai di rumah
sakit. 2 perawat dan 1 dokter langsung mengobati luka Mas Reyhan yang cukup
parah di wajah dan perutnya. Aku menungguinya di rumah sakit sendiri. 15 menit
yang lalu, Dina pamit untuk pulang. Tepat pukul 16.30, Mas Reyhan sadarkan
diri.
“Mas, maafin aku. Semua ini gara-gara aku.” Ucapku
sambil menangisi keadaannya.
“Gak..pa..pa.. Fir. Ini bukan salahmu kok. Udah
jangan nangis.” Jawabnya pelan sambil menggenggam kedua tanganku.
“Jujur mas, waktu aku lihat mas Reyhan ngasih
bunga ke Della, aku cemburu. Aku gak tau kenapa perasaan itu bisa muncul.Maafin
aku juga, gara-gara aku kamu jadi babak belur kayak gini.” kataku penuh rasa
bersalah.
“Halah, udah biasa. Aku kan anak cowok. Mm.. Aku
tau kamu cemburu. Kamu suka sama aku kan?” ejeknya padaku. Mukaku langsung
memerah.
“Yee.. apaan sih. Enggak tuh.” Jawabku.
“Halah ngaku aja? Iya kan?” godanya.
“Kalau iya emang kenapa? Upss.. keceplosan.”
Ucapku salah tingkah.
“Aku juga iya. Kamu mau gak jadi pacarku?” Aku
kaget mendengar perkataan mas Reyhan. Aku cuma merunduk malu.
“Hey! Jawab Fir!” paksanya.
“Gimana ya mas, aku butuh waktu buat njawab itu.”
“Oke! Aku kasih kamu waktu 3 detik. Kalau dalam 3
detik kamu belum jawab itu tandanya kamu mau. Hahaha.” Tantangnya padaku sambil
tertawa.
“3 detik? Gila kamu mas!”
“Pokoknya aku gak mau tau. Aku itung dari sekarang
ya? Satu.. Dua.. Ti..ga..”
“Iya iya aku mau.” Teriakku.
“Horeee...!” ucap Mas Reyhan sambil tersenyum
lebar.
Sejak detik itu, Mas
Reyhan adalah cinta pertamaku dan aku resmi jadi pacarnya Mas Reyhan cowok
terkeren yang jadi idaman setiap wanita di sekolahku. Aku gak nyangka ternyata
begini akhir ceritaku di bulan Januari.
menarik juga tuh mbak, ceritanya :p
BalasHapuswkwk makasih fiz :D asli bikinanku lho itu. gak copas di internet :D
BalasHapus