Rera Maulydia atau biasa dipanggil Rera adalah gadis cantik yang berpostur ideal. Selain itu dia juga termasuk anak yang pandai. Tak heran kalau banyak anak cowok yang naksir sama Rera. Saat ini Ia berumur 16 tahun dan sedang duduk di bangku kelas 1 SMA. Seperti remaja lainnya, Ia punya seorang pacar. Namanya Miko. Sudah hampir 1,5 tahun mereka berdua menjalin hubungan. Di tahun pertama mereka pacaran, hubungan Rera dan Miko baik-baik saja. Namun menginjak tahun kedua, mucul banyak masalah yang menguji hubungan mereka berdua.
“Reraaa...?” sapa Miko sambil tersenyum di depan bangku Rera.
“Iya Mik. Ada apa?” gumam Rera lembut.
“Ra, aku punya sesuatu buat kamu. Tapi kamu merem dulu ya dan janji habis makan coklat ini kamu harus sembuh. Jangan sakit lagi. Janji ya?” ucap Miko sambil mencoba duduk di samping Rera.
“Iya aku janji. Jangan lama-lama ya Mik, malu diliatin temen-temen?”
“Enggak kok. Nah, sekarang buka matamu.” Perintah Miko pada Rera.
“Wah? Coklat? Makasih ya Mik?” ucap Rera tersenyum lebar sambil berusaha meraih tangan Miko.
“Hehe.. Kembali kasih Rera. Cepet sembuh. Aku balik ke kelas dulu ya?” pamit Miko sambil melambaikan tangannya.
Setelah kelas usai, Rera bersama kedua sahabatnya Nadia dan Vero berjalan menuju pagar sekolah untuk menunggu jemputan. Saat sedang menunggu, Miko datang.
“Ra, aku anter kamu pulang ya?” rayu Miko sambil mendekati Rera.
“Nggak usah Mik. Ntar ngerepotin?” Tolak Rera halus.
“Tapi kamu kan lagi sakit? Aku gak tega ninggalin kamu sendirian disini.”
“Gak..pa..pa Mik. Ma..sih ada Nadia sama Vero kok.” Kata Rera dengan muka pucat.
“Ayolah Ra..” bujuk Miko.
“Gak usah Mik. Eh itu aku udah dijemput. Aku duluan ya? Dadaaa Miko..” Setelah Rera pergi, Miko ternyata ngobrol dengan Nadia dan Vero.
“Mik, aku boleh nebeng kamu pulang gak? Rumahku sama rumahmu kan sejalur?” pinta Nadia sambil mendekati Miko. Vero yang tomboy cuma diem aja.
“Wah, gimana ya? Aku takut Rera cemburu.” Tolak Miko.
“Kan dia gak ngeliat kita Mik. Boleh ya ya ya?” rayu Nadia.
“Jangan mau Mik.” Ucap Vero menyela.
“Diem kamu Ver. Boleh ya Mik?” rayu Nadia untuk kedua kalinya.
“Mmm.. Iyalah Nad.”
“Yes!” Nadia gembira. Vero kaget melihat tingkah Nadia yang seperti itu pada Miko. Karena Vero tidak berhasil mencegahnya, Miko dan Nadia pun pulang bersama.
Di tengah perjalanan pulang, Rera yang sedang memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe untuk membeli makanan tidak sengaja melihat Miko dan Nadia boncengan naik motor berdua.
“I.. i.. tu.. kan... Mi..ko.. Na..dia?” Rera tidak percaya dan mengira kalau matanya mungkin salah lihat. Ia berfikir kalau Miko tidak mungkin berani berbuat seperti itu padanya. Tapi, beberapa menit kemudian, Vero sms ke HP nya Rera :
Ra, tadi Miko nganter Nadia pulang.
Rera sangat shock ketika membaca sms dari sahabatnya itu. Rera yang sedang sakit justru pingsan setelah membaca sms dari Vero.
Rera akhirnya segera dilarikan ke rumah sakit oleh sopirnya. Dan menurut diagnosa dokter, Rera memiliki penyakit Jantung yang disebabkan oleh faktor keturunan dari Mama nya. Mendengar kabar tersebut, malam harinya Vero memutuskan untuk menjenguk Rera di rumah sakit.
“Rera?” sapa Vero sambil menaruh sebuah parcell buah di meja.
“Repot-repot Ver.”
“Ya gakpapa. Cepet sembuh ya Ra. Tante, aku boleh gak ngomong berdua aja sama Rera?” Kata Vero tersenyum pada Mama Rera.
“Oh. Boleh aja.” Mama Rera mengijinkan dan segera berjalan keluar kamar.
“Ver, ceritain soal tadi dong?” pinta Rera.
“Gini Ra, tadi habis kamu dijemput, Nadia aneh banget. Tiba-tiba dia minta dianter pulang sama Miko. Aku udah berusaha nyegah. Tapi karena dirayu Nadia, Miko mau nganter Nadia pulang.” Jelas Vero.
“Huuf.. Iya tadi aku liat mereka lewat di depan cafe. Boncengannya mesra lagi. Aku aja pingsan gara-gara liat mereka berdua.” Ujar Rera kesal.
“Sabar ya Ra. Aku gak bermaksud buat manas-manasin kamu.” Ucap Vero sambil merundukkan kepalanya.
“Gakpapa Ver. Oh iya, kamu jangan kasih tau ke temen-temen termasuk ke Miko kalau aku punya penyakit Jantung ya Ver. Cukup kamu aja yang tau.” Pinta Rera.
“Lho emang kenapa Ra?” tanya Vero bingung.
“Pokoknya jangan. Janji ya Ver?”
“Iya deh Janji.” Rera dan Vero pun melanjutkan perbincangan mereka sampai larut malam. Rera mengungkapkan semua perasaan yang dialaminya pada Vero.
Esok harinya, matahari cukup terik menyinari bumi. Tapi Rera ijin tidak bisa berangkat sekolah karena masih harus dirawat di rumah sakit. Sebagai sahabatnya, Nadia menanyakan keberadaan Rera pada Vero.
“Ver, Rera kemana?” tanya Nadia sambil menata buku-bukunya diatas meja.
“Di rumah sakit.” Jawab Vero ketus.
“Kamu kenapa sih?” tanaya Nadia heran.
“Tanya tuh sama dirimu sendiri!” bentak Vero sambil memukul meja.
“Lho memangnya aku kenapa?” tanya Nadia semakin heran.
“Udahlah, susah ngomong sama kamu. Minggir aku mau lewat!” Vero pun berjalan menjauh dari Rera. Ia melangkah menuju kantin. Di kantin, Ia bertemu dengan Miko.
“Hai Ver.” Sapa Miko ramah sambil membawa segelas es jeruk di tangan kanannya.
“Hai juga.” Jawab Vero malas.
“Eh mana Rera? Biasanya dia kan bareng sama kamu?” tanya Miko perhatian.
“Rera dirumah sakit.” Jawab Vero.
“Hah? Dia sakit apa? Dia sekarang dirawat dimana?” tanya Miko penasaran.
“Di RS Mangunkusumo. Udah ya, aku buru-buru. Males ngomong sama cowok kayak kamu.” Celetus Vero.
“Heh! Maksud kamu apaan?” Hardik Miko tak terima.
“Cari tau aja sendiri :p” Vero berlari meninggalkan Miko dan berjalan kembali ke kelasnya.
Pukul 15.00 kelas usai. Miko buru-buru mengambil motornya dan berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk pacaranya. Vero dan Nadia juga demikan. Tak disangka, mereka bertiga sampai di rumah sakit secara bersamaan. Karena masih kesal dengan Miko dan Nadia, Vero pun berjalan sendiri ke kamar Rera dengan muka masam.
Di belakang Vero, rupanya Miko dan Nadia berjalan bersama sambil bergandengan tangan. Vero semakin kesal melihat tingkah laku mereka berdua. Vero sangat memikirkan bagaimana perasaan Rera jika melihat kejadian ini. Vero pun mempercepat langkahnya agar sampai duluan di kamar Rera dan bisa mengadukan kejadian ini padanya.
“Huf.. Huf.. anu Ra.. anu..” ucap Vero ngos-ngosan.
“Apaan sih Ver? Yang jelas dong kalau ngomong.”
“Anu Ra.. sekarang Miko sama Nadia lagi jalan berdua kesini. Udah gitu mereka jalan kesini sambil gandengan tangan Ra.” Jelas Vero masih ngos-ngosan.
“Apa?” Rera kaget. Ia lantas mencoba duduk tapi tidak bias karena kondisi tubuhnya yang masih lemah.
“Eits.. kamu tiduran aja Ra.” Cegah Vero. Beberapa saat kemudian, Miko dan Nadia dating.
“Rera, gimana keadaan kamu, sayang? Ini aku bawa coklat kesukaan kamu. Cepet sembuh ya?” ucap Miko manis sambil mendekat kea rah Rera.
“Alhamdulillah aku baik baik aja Mik.” Jawab Rera murung.
“Kok kemarin kamu gak bilang ke aku kalau kamu masuk rumah sakit?” tanya Miko dan Nadia kompak.
“Buat apa Rera ngasih tau kalian? Emang kalian peduli sama Rera?” sela Vero memojokkan.
“Huss Vero?” hardik Rera. Raut muka Miko dan Nadia tampak kebingungan tidak mengerti apa maksud perkataan Vero.
“Biarin Ra. Toh mereka malah asyik berduaan kan? Ya gak Nad?Mik?” sindir Vero.
“Heh! Maksudmu apa? Dari tadi nyolot aja?” Bentak Miko sambil mendorong badan Vero ke tembok.
“Apa-apaan sih?” teriak Nadia keras berusaha melerai Vero dan Miko.
“Diem kamu Nad! Kamu berusaha ndeketin Miko kan?” bentak Vero.
“Maksud kamu apa Ver?” tanya Nadia bingung.
“Stop! Kalau kalian mau berantem bukan disini tempatnya! Apa kalian gak liat kalau aku lagi sakit?” ucap Rera kesal.
“Ra, maksud Vero tadi apa?” tanya Miko halus.
“Tanya Vero aja Mik.” Jawab Rera masih kesal.
“Mik, perlu kamu tau ya. Kemarin Rera pingsan gara-gara lihat kamu boncengan mesra sama Nadia. Apa kamu gak ngerasa bersalah sama Rera?” jelas Rera dengan muka cemberut. Mendengar penjelasan Vero, tiba-tiba Nadia berlari keluar dan gak disangka Miko mengejar Nadia. Rera yang melihat kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri seolah tak percaya. Hati Rera hancur dan kondisi Rera yang lemah makin melemah.